Jalur Gerilya Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman ditandu saat Perang Gerilya

Perjuangan berat bangsa Indonesia dalam berperang mengusir penjajahan Belanda adalah bukti komitmen besar seluruh rakyat Indonesia untuk merdeka dari cengkeraman penjajah. Perjuangan berat tersebut dilalui dengan pengorbanan jiwa raga serta darah seluruh rakyat Indonesia. Mereka berjuang dengan mempertaruhkan jiwa raganya dalam menghadapi gempuran penjajahan Belanda. Tidak sedikit tokoh nasional dari masa ke masa yang juga berjuang dan memompa semangat rakyat Indonesia untuk berperang melawan Kolonialisme Barat seperti Sultan Hassanudin, Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, dan lain sebagainya.

Perjuangan Jenderal Soedirman dalam melawan penjajah Kolonial Belanda sangat luar biasa. Sebab, beliau memimpin perjuangan rakyat Indonesia dengan bergerilya dari satu daerah ke daerah lain dalam kondisi yang lemah (sakit TBC). Walaupun demikian kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah beliau dalam berjuang melawan penjajahan Kolonial Belanda. Tokoh nasional yang lahir dari kota Purbalingga Jawa Tengah ini sangat piawai dalam mengatur strategi perang gerilya.

Pada kesempatan kali ini akan sedikit dipaparkan nama-nama tempat atau daerah di Jawa yang pernah menjadi jalur gerilya oleh Jendral Soedirman beserta tentara Indonesia ketika melakukan perang gerilya melawan tentara Belanda. Sejarah mencatat perjuangan Jendral Soedirman beserta tentara Indonesia dalam bergerilya dari satu daerah ke daerah lain menempuh jarak kurang lebih 1000 km. Perjuangan tersebut berlangsung kurang lebih sekitar 8 bulan (bulan Desember 1948-bulan Juli 1949). Rute perjuangan gerilya tersebut membentang dari Yogyakarta sampai dengan Jawa Timur. Adapun nama-nama tempat atau daerah secara umum yang pernah beliau lalui dari Yogyakarta sampai dengan Jawa Timur adalah sebagai berikut:

Dusun Bakulan (Kecamatan Jetis, Bantul), Kretek (Kecamatan Kretek, Bantul), dusun Grogol (Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Bantul), Parangtritis (Kecamatan Kretek, Bantul), Panggang (Kecamatan Panggang, Gunungkidul), Paliyan (Kecamatan Paliyan, Gunungkidul), Playen (Kecamatan Playen, Gunungkidul), Wonosari, Semanu, Bedoyo (Ponjong, Gunungkidul), Pracimantoro (Pracimantoro, Wonogiri), Eromoko, Wuryantoro, Wonogiri, Jatisrono (Wonogiri), Purwantoro (Wonogiri), Sumoroto (Kauman, Ponorogo), Ponorogo, Jetis (Jetis, Ponorogo), Sambit (Sambit, Ponorogo), Sawoo (Sawoo, Ponorogo), Nglongsor (Tugu, Trenggale

k), Trenggalek, Kalangbret, Tulungagung, Kediri, Karangnongko, Goliman (desa Parang Banyakan kab. Kediri), Bajulan (Loceret, Nganjuk), Salamjudeg, Makuto, Sawahan (Nganjuk), Gedangklutuk, Wates, Ngliman, Serang, desa Jambu (Ponorogo), desa Wayang (Pulung Ponorogo), dusun Banyutowo (Pulung, Ponorogo), desa Sedayu (Ponorogo), dusun Warungbung (Sooko, Ponorogo), dusun Gunungtukul (desa Suru Sooko, Ponorogo), desa Ngindeng (kecamatan Sawoo, Ponorogo), desa Tumpakpelem (Kecamatan Sawoo, Ponorogo), Nglongsor (Kecamatan Tugu, Trenggalek), Trenggalek (Trenggalek), Karangan (Kecamatan, Karangan, Trenggalek), Suruhwetan (Suruh Trenggalek), Dongko (Trenggalek), Panggul (Kecamatan Panggul, Trenggalek), desa Bodag (Panggul, Trenggalek), desa Nogosari (Ngadirojo, Pacitan), Gebyur, Pringapus (Tulakan Pacitan), desa Wonosidi (Tulakan, Pacitan), desa Ketro (Tulakan Pacitan) dusun Wonokerto (Kecamatan Nawangan, Pacitan), Tegalombo (Tegalombo, Pacitan), Mujing (Nawangan, Pacitan), Nawangan (Nawangan, Pacitan), Ngambarsari (Kecamatan Karangtengah, Wonogiri), dusun Sobo (desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan, Pacitan). Kembali ke Yogyakarta: dusun Sobo (desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan, Pacitan), Tirtomoyo (Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri), Baturetno (Kecamatan Baturetno, Wonogiri), dusun Pulo (desa Kasihan kecamatan Ngadirojo Wonogiri), Karangbendo (Wonogiri), Ponjong (Kecamatan Ponjong, Gunungkidul), desa Karangmojo (Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul), desa Gari (Kecamatan Wonosari Gunungkidul), Piyungan (kecamatan Piyungan, Bantul), Prambanan (Kecamatan Prambanan, Sleman).

Jenderal Soedirman ditandu saat Perang Gerilya

Puncak dari perjuangan gerilya Jenderal Soedirman dan tentara Indonesia terjadi pada saat Serangan Umum 1 Maret 1949. Hal tersebut menunjukkan bahwa tentara Indonesia masih kuat sehingga memaksa Belanda untuk mengadakan perundingan kembali yang disebut Konferensi Meja Bundar. Inti dari Konferensi Meja Bundar tersebut adalah pengakuan mutlak Belanda atas kemerdekaan Republik Indonesia. Jenderal Soedirman dan tentara Indonesia kemudian kembali dari medan gerilya pada tanggal 10 Juli 1949 dengan disambut suka cita oleh ribuan rakyat di alun-alun utara Yogyakarta.

Leave a comment